Friday, July 23, 2010

Antara harapan, impian dan hidup...


Apakah kau punya impian?

Aku punya. Jumlahnya mungkin ratusan.

Harapan-harapan itu aku gantungkan dalam langit permintaanku pada Tuhan.

Aku pajang setinggi mungkin agar Tuhan bisa melihat dengan jelas.

Aku iringi dengan lantunan doa agar salahsatu harapanku itu terkabul.


Aku mengoleksi banyak harapan.

Harapan yang makin lama ukurannya menjadi besar menjadi impian.

Impian yang membuatku merasa lebih berharga sebagai manusia.


Apakah kau punya impian?

Kalau kau punya, tulislah semua impian-impianmu itu.

Impian-impian itu akan membuatmu semakin hidup.

Impian-impian itu akan membuatmu semakin bersemangat.


Dengan impian, hidupmu tak akan sia-sia karena kau mempunyai sesuatu yang harus diraih dan digapai..


Tataplah dengan lurus impianmu itu..

Sapa-lah dia, sambutlah dia..

Jangan pernah lepaskan impianmu..

Genggamlah terus..


Image and video hosting by TinyPic


Impian akan membawamu pada kebahagiaan..

Kau tak akan bosan bersamanya..


Dengan impian, kau akan membuat hidup ini lebih berarti..

Dengan impian, kau tak perlu berteman dengan keputus-asaan..

Kau hanya perlu bersahabat dengan doa dan kesungguhan..

Mereka akan mengantarkanmu pada ladang impian..

Ladang yang akan menentramkan jiwamu..


Dengan impian, kau tak akan punya alasan untuk bosan hidup..

Dengan impian, kau tak akan bertemu dengan kata ’bunuh diri’

Karena dengan impian, kau akan lebih menghargai hidup ini..

Kau akan mengerti tentang arti hidup yang patut diperjuangkan..

Wednesday, July 21, 2010

Ketika keajaiban menghampiriku...

Aku sendiri heran kenapa aku bisa berada di ruangan itu. Ruangan berbentuk persegi yang memiliki ukuran seluas aula sekolah. Terdapat banyak bangku di sana, dengan jarak yang agak berjauhan antar setiap bangku.


Aku, salahsatu dari mereka yang duduk di ruangan itu.

Aku, salahsatu peserta SNMPTN 2010.


Tanpa persiapan khusus dan tanpa semangat, aku mengikuti tes tersebut. Honestly, aku sedikit terpaksa mengikuti tes ini. Jika bukan karena saran dan perintah dari ibuku, mungkin aku tak akan mengikutinya.


Well, percaya tak percaya, aku hanya bermodalkan doa, ingatan dan alat tulis. Cukup itu saja. Buku SNMPTN 2010 yang aku beli 2 minggu sebelumnya seakan tak berarti apa-apa bagiku. Awalnya aku sedikit berniat untuk belajar lagi dan menggali ingatanku kembali. Tapi ternyata saat itu rasa malas lebih mendominan didalam diriku. Alhasil, buku itu hanya teronggok di samping ranjang tidurku bergitu saja. Konyol, bukan??


Sepanjang tes itu aku cukup banyak melantunkan doa. Setiap akan memhitamkan jawaban yang kupilih, aku pasti membaca bismillah atau shalawat. Mungkin si pengawas sedikit curiga melihat mulutku yang komat-kamit itu, tapi aku tak peduli. Entah kenapa saat itu aku sungguh percaya pada keajaiban Tuhan. Aku sudah pasrah pada Tuhan sejak awal.


Saat itu pun, aku sedikit kewalahan dengan soal-soal yang menurutku sangat susah dan panjang-panjang. Apalagi melihat banyaknya deretan angka dalam soal matematika, fisika dan kimia. Ugh, membuatku ingin cepat-cepat menutupnya saja. Aku sedikit menguras otak saat itu, memanggil-manggil ingatanku kembali, agar rumus-rumus yang dulu aku lupakan itu mau kembali muncul di dalam otakku. Tapi, aku hanya ingat beberapa saja. Sisanya aku mengarang bebas sesuai keinginan jari tanganku.


Sungguh. Saat itu rasanya aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya saja. Aku tak tahan melihat tampang serius orang-orang disekitarku yang mungkin banyak mengeluarkan keringat dan memutar otaknya sekuat mungkin agar bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan baik dan benar.


Waktu yang kulewati saat itu sungguh terasa menyiksaku saja. Ada suara dalam hati yang berkata supaya tes ini bisa berakhir secepat mungkin. Dan dua hari itu akhirnya berhasil aku lewati..


Hingga masa penantian panjang pengumuman SNMPTN itu uda didepan mata. Agak dag dig dug juga saat akan memasukkan nomer tesku kedalam website resminya SNMPTN. Tapi diluar rasa deg-degan itu, sebenarnya aku sudah pasrah. Bulat total aku pasrah!


Tapi yang terjadi justru sebaliknya, aku diterima pada pilihan ke-3, di Sastra Jepang Brawijaya!!


Wow, sungguh mengejutkan!! Aku pikir ini adalah sebuah kejaiban yang Tuhan berikan padaku! Tanpa campur tangan-Nya tak mungkin hal ini terjadi!


Saat itu aku sampai meneteskan airmata saking senengnya. Setidaknya hasil tersebut bisa menghibur hatiku yang tak kunjung jua diterima di PTN.


Tapi, dengan berjalannya waktu, hal itu malah membuatku bimbang. Karena sejujurnya sastra jepang bukanlah passionku. Aku suka mempelajari bahasa, tapi aku rasa mempelajari sastra jepang selama 4 tahun bukanlah sesuatu yang aku inginkan...



Passionku ada pada DKV! Jadi sudah kuputuskan bahwa Sastra Jepang Brawijaya akan aku lepas. Aku lebih memilih kuliah di Multimedia Ubaya saja (meskipun swasta).