Apalagi masalahku yang satu ini.
Kenapa orangtuaku selalu sibuuukkk kerja dan menganggap kerja itu adalah sesuatu yang sangaaattt penting???
Masalah ini seakan tak mau pergi dari kehidupanku. Datang terus seolah ia betah berdekatan denganku.
Terkadang aku mencoba tuk bersabar dan terkadang pula aku meneteskan air mata ketika ayah dan ibu lebih mementingkan bekerja daripada mengajakku liburan ke suatu tempat. Tak ada waktu kosong bagi mereka. Kecuali hari minggu dan tanggal-tanggal merah..
Honestly, aku agak iri dengan teman-temanku..
Ketika orangtua mereka mengajak mereka liburan..
Ketika orangtua mereka bersedia datang mengambil rapor..
Ketika orangtua mereka mendampingi mereka ke stasiun..
Ketika orangtua mereka menelpon mereka jika sedang berada jauh dari rumah..
Dan masih banyak hal lainnya yang membuatku agak iri.. Hm, salahkah jika aku merasa seperti itu?
Ingin rasanya aku mencoba tuk bertukar tempat. Aku berandai-andai ingin punya keluarga seperti teman-temanku itu.. Hmm, hanya tuk beberapa hari saja, aku penasaran gimana rasanya mendapatkan rasa kasih sayang yang melimpah seperti mereka..
Sungguh, aku pengen tauu..
Tapiii... seperti inilah takdirku. Aku tak bisa memilih di keluarga mana aku mau dilahirkan. Aku tak bisa menentukannya. Yang berkehendak adalah Tuhan.
Aku tau, Tuhan pasti punya alasan tersendiri mengapa aku diberi cobaan seperti ini..
Aku yakin, rencana Tuhan adalah yang terbaik bagiku..
Meskipun tidak sesuai dengan keinginanku, tapi aku yakin ada hikmah di balik semua ini..
Yap... Dan hikmah itu baru aku rasakan beberapa hari belakangan ini..
Well, tepatnya saat acara Wisuda-ku, 5 hari yang lalu..
Saat itu lagi-lagi ibu tak bisa datang. Dengan satu alasan yang sama. Kerja.
Begitu juga dengan ayahku, beliau malah bilang gini, ”Sudahlah nak, pekerjaan itu lebih penting daripada menghadiri acara yang kayak gitu. Kerja itu kan buat menghidupi keluarga.”
Kau tau, bagaimana reaksiku??
Aku kecewa. Hanya itu.
Perasaanku tak sesedih saat pertama kali aku tau bahwa pekerjaan itu sangat penting bagi mereka. Perasaanku nggak sesakit seperti saat mereka berulang-ulang mengatakan sibuk. Aku nggak menangis, berbeda dengan yang kulakukan sebelum-sebelumnya...
Mungkin, aku sudah bisa maklum dan menerima hal ini..
Yap, menerima takdir yang telah Tuhan gariskan padaku..
Setidaknya aku menjadi tau akan suatu hal, mengapa masalah itu selalu datang dan tak pernah kunjung habis..
Dengan masalah, aku belajar untuk menjadi lebih dewasa..
Dengan masalah, aku belajar untuk berpikir positif..
Dengan masalah, aku akan kebal terhadap masalah itu sendiri..
Meskipun pada awalnya sakit, tapi ketika masalah yang sama itu datang terus-menerus, lama kelamaan rasa sakit itu berkurang dan pada akhirnya aku tak merasakan rasa sakit itu lagi..
0 comment:
Post a Comment
Ayoo.. ayoo.. silakan comment disini..