Ada satu hal yang masih mengelabuiku hingga sekarang. Satu hal, dan aku yakin kalian semua juga merasakan hal yang sama..
Panggil saja dia dengan sebutan WAKTU.
Aku mengenalnya dengan sangat baik. Mulai dari aku terlahir di dunia ini, aku sudah merasakan keberadaannya. Dia selalu menemaniku di setiap langkah kehidupanku, di setiap hembusan nafasku dan disetiap hentakan kakiku.
Sudah berapa banyak buku yang aku baca mengenai dia. Setiap kata dan kalimat yang kutelusuri, aku baca dengan penuh penghayatan... Aku merenungi keberadaannya yang sering terlupakan olehku.
Hm, bukan terlupakan.
Lebih tepatnya, dia mengelabuiku.
Dia selalu ada bersamaku tapi di saat itu pula dia selalu mengelabuiku..
Dia membisikkan rayuan-rayuan gombalnya tentang hari esok..
Dengan lembut dan sopan, ia berkata,”Tenang saja, masih ada hari esok.”
Hari esokk..
Janji hari esok itulah yang mampu memperdayakanku.
Membuatku bersantai-santai ria.
Banyak sekali waktu yang kuhabiskan dengan hal-hal yang tidak penting, seperti :
malas-malasan, tidur-tiduran, buka facebook, nonton tv, maenan hape, dan hal-hal tidak penting lainnya..
Janji hari esok itu juga lah yang telah mencuci otakku.
Membuatku menunda-nunda banyak hal yang justru harus aku kerjakan..
Aku telah tertipu olehnya.
Aku percaya akan hari esok dan aku pikir setiap detik yang aku lewati - demi hari esok - itu tak begitu penting bagiku.
Bukankah dia telah membujukku bahwa setelah ini masih ada hari esok??
Oh, sungguh aku telah tertipu..
Aku pikir dia akan berjalan dengan lambat sehingga aku bisa menikmati setiap hari esok yang kutunggu tunggu.. Tapi aku salah! Nyatanya, dia lari secepat kilat tanpa suara..
Sudah kuduga. Aku tertipu. Aku terpedaya. Aku dikelabui olehnya.
Sudah 18 tahun aku hidup. 18 tahun yang ’ternyata’ terasa cepat bagiku.
Rasanya baru kemarin aku lahir di dunia ini.
Rasanya baru kemarin aku digendong di pangkuan ibu.
Rasanya baru kemarin aku susah payah belajar berjalan.
Rasanya baru kemarin aku tumbuh besar di bangku TK.
Rasanya baru kemarin aku mengecap pendidikan SD.
Rasanya baru kemarin aku melanjutkan pendidikan di SMP.
Rasanya baru kemarin aku giat-giatnya belajar di SMA.
Semua itu seolah-olah baru terjadi kemarin, karena aku hampir mengingat semua kenangan-kenangan itu.. Aku masih mengingatnya..
Aneh, bukan??
Semua terasa cepat...
3600 detik x 18 tahun.
Coba hitung!
Betapa banyaknya waktu yang *mungkin* telah aku buang dengan sia-sia.
Aku terlanjur percaya pada hari esok.
Padahal setiap detik yang kulalui menandakan bahwa jatah hidupku juga semakin berkurang..
Ada limit umur yang telah ditetapkan Tuhan pada setiap orang.
Berapa limit umurku? Aku tak tau.
Hari esok adalah sebuah misteri.
Dia. Waktu. Memang telah mengelabuiku..
Tuesday, May 25, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment
Ayoo.. ayoo.. silakan comment disini..